Friday, April 15, 2016

Bisnis vs Dana Darurat



www.mikup.co


April ini genap 4 bulan aku memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi enterpreneur. Yep! Semua kenyamanan financial dari kantor ditinggal untuk meraih impian. Hahahhah *lebay* Di bulan ke empat ini baru kerasa banget, luxury yang diberikan kantor begitu menyenangkan dan sekarang harus kerja lebih keras supaya bisa mendapat kenyamanan itu kembali. Tenyata jadi enterpreneur lebih capek dari bekerja kantoran. 

Sebelum benar-benar resign, aku konsultasi dengan financial planner kami, syarat yang diberikan cuma 1 dana darurat harus memenuhi kebutuhan hidup kami selama 6 bulan. Alhamdulillah setelah 2 tahun menikah dan bekerja keras *cie gitu* dana darurat kami sudah 80% terpenuhi. Bukan bermaksud pamer loh, cuma kami lebih aware masalah financial lebih awal jadi semua sudah dipersiapkan. 

Masalah baru muncul ketika aku memutuskan untuk memulai bisnis menjadi make up artist, muncul banyak sekali pertanyaan besar, modal darimana? berapa modalnya? nanti bisa tetep diving apa gak? Hehehehe. Akhirnya kami putuskan untuk berdiskusi dengan financial planner lagi karena kami berencana pakai dana darurat untuk modal bisnis ini akhirnya setelah dihitung-hitung, kami diperbolehkan menggunakan dana tersebut dengan syarat lain, dana daruratnya harus tetap diisi. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar sekarang, cuma administrasi keuangan aja nih yang aku kurang disiplin. *kemudian diomelin finplanner*

Ternyata aku lupa, kalo suamiku juga mau menggunakan dana darurat tersebut untuk bisnisnya. Berdebat panjanglah kami sampai akhirnya aku buka lagi obrolan dengan financial planner dan ketemu deh statement aku kalo kita mau pakai uangnya untuk bisnisnya Adit juga. Bukannya aku pelit gak mau bagi-bagi tabungan, tapi semenjak gak kerja kantoran dan hanya mengandalkan single salary dari Adit, aku jadi semakin insecure dengan kondisi keuangan kami yang padahal baik-baik saja. 

"Emang dana daruratnya mau didiemin ampe kapan?" tanya Adit semalam. Aku cuma diem, dipikiranku dana darurat bakal kepake kalo amit-amit salah satu dari kita sakit banget dan butuh dana lebih, atau aku melahirkan nanti, atau kalo kita punya anak dan kenapa-kenapa. Itu semua cuma kekhawatiran aku aja sih, karena yang aku takutkan itu semua masih dicover sama kantornya Adit. 
Akhirnya aku sadar, bisnis ini investasi. Dana darurat itu bisa digunakan untuk hal-hal yang sifatnya bukan konsumtif. Jadi sah-sah aja kalo mau dipake untuk bisnis, asal tetap selalu diisi. Ibaratnya kaya air di bak mandi, walaupun selalu dipakai tapi tetep ada kran yang menjaga baknya tetap penuh.



Nanti deh aku post juga pelajaran-pelajaran dari financial planner kami, biar tau dulu *semoga gak digetok financial planner se Indonesia Raya* 
Semoga bisnis kami lancar ya, bisnis kamu juga :)

Sebenernya pengen nanya sama financial planner lagi tapi takut, soalnya sebagian dana daruratnya mau dipake buat diving. HAHAHAHAHAHAHA!!




Bisous,

Wuls

No comments:

Post a Comment